5 Kunci Mengelola Karyawan Millenials

alexis-brown-85793-unsplash

Millenials (generasi kelahiran 1980-2000) siap mendominasi angkatan kerja di Indonesia. Berdasarkan pehitungan BPS, Diprediksi pada tahun 2020, usia produktif  (15-64 tahun) yang masuk kategori  Millenials akan berjumlah > 50% dari seluruh  usia produktif yang ada.

Tidak sedikit perusahaan yang jumlah karyawan Millenials-nya melebihi jumlah karyawan dari generasi lain. Bahkan ada sebuah perusahaan yang memiliki karyawan millenials sebesar 75% dari seluruh total karyawan yang dimiliki.

Fenomena di atas harus disikapi dengan bijak oleh perusahaan. Millenials memiliki perbedaan karakteristik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang tepat untuk membuat millenilas bertahan dan mengeluarkan potensi terbaiknya bagi perusahaan. Salah mengelola millenilals akan berdampak pada pencapaian organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Berikut ini hal-hal yang perlu jadi pertimbangan perusahaan dalam membuat kebijakan-kebijakan di dalam mengelola millenials :

Pertama, Pencari makna

Pekerjaan memiliki pengaruh yang signifikan bagi produktifitas dan retensi millenials. Dalam bekerja, millenials lebih mengutamakan pencarian makna dari pada sekedar uang.

Mereka meyakini bahwa mereka ada untuk dunia yang lebih baik. Sehingga mereka memiliki keinginan kuat untuk berkontribusi terhadap dunia.

Apa yang mereka bisa berikan terhadap dunia? Itulah yang senantiasa ada di pikirannya.

Bantulah millenials untuk mencari makna dari pekerjaan yang saat ini dilakukan. Apa artinya pekerjaan mereka? Apa kontribusikan untuk dunia, masyarakat, organisasi dan orang lain dari pekerjaan yang mereka lakukan. Inilah motivasi intrinsik mereka. Motivasi ini sangat kuat mendorong kinerja mereka.

Kedua, Pekerjaan dan lingkungan kerja yang menarik dan seimbang

Millenials mencintai pekerjaan yang menarik. Menarik berarti mereka dapat mengeluarkan seluruh potensinya. Sebisa mungkin perusahaan menempatkan millenials pada posisi yang tepat sesuai potensinya.

Beri penjelasan yang cukup mengenai harapan perusahaan terhadap peran atau posisi yang akan dijalankannya. Dan jelaskan pula lebih rinci dampak dari pekerjaannya terhadap tim, unit lain, organisasi, masyarakat dan dunia.

Millenilas juga terbiasa berinteraksi dalam sebuah lingkungan yang luas dan beragam. Mereka senang menjalin kolaborasi dengan berbagai macam latar belakang dan tipe orang. Perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja dengan semangat kolaborasi yang memungkinkan millenilas saling terhubung dan bersinergi tanpa batas.

Berbeda dengan generasi sebelumnya, Millenilas tidak memisahkan aktivitas bermain (life) dan bekerja (work). Mereka sebisa mungkin menyeimbangkan antara kehidupan profesional dan personal. Meskipun kenyataannya seperti tidak mungkin, mereka akan tetap melakukannya.

Selain kemampuan  multitasking, kemajuan teknologi sangat membantu mereka untuk bisa menyeimbangkan kehidupan dan pekerjaan.

Millenials tidak menyukai aturan jam kerja 08.00-17.00 WIB. Aturan ini sangat kaku dan mengurangi kesempatan mereka untuk melakukan hal-hal yang disukai dan berkarya di luar pekerjaan.

Fleksibilitas menjadi sangat berarti. Sebagai contoh, perusahaan dapat menerapkan kebijakan fleksibilitas waktu kerja.

Bagi millennials, hasil adalah hal terpenting. Berikan mereka penjelasan yang cukup mengenai hasil yang ingin dicapai. Selebihnya berikan mereka kebebasan untuk mewujudkannya.

Ketiga, Mentor dan Coach

Peran manajer atau atau sangat penting dalam mempertahankan dan memaksimalkan kontribusi millenials kepada perusahaan.  Millenials membutuhkan peran atasan sebagai mentor dan coach, bukan sebagai Bos.

Millenials tidak terlalu respek dengan atasan yang sangat mengandalkan wawenang, struktur hierarki atau jabatan formal dalam memimpin.

Justru mereka sangat menyukai atasan yang dekat dengan mereka, mudah diakses, membimbing, memberikan masukan dan memberdayakan mereka.

Mereka juga respek terhadap atasan yang memiliki integritas yang tinggi serta bisa membangun kredibilitasnya melalui pencapaian profesional yang diakui dan menjadi inspirasi bagi kemajuan mereka.

Keempat, Kesempatan tumbuh dan berkembang

Millenials memiliki tujuan hidup yang sangat jelas. Hal tersebut sangat terlihat dalam orientasi karir mereka dalam pekerjaan.

Mereka memiliki target yang jelas dan spesifik tentang rencana karir mereka, apa yang mau diraih dan kapan harus terwujud. Hebatnya lagi, millenials juga sangat percaya diri untuk bisa meraih impian-impian mereka.

Perusahaan perlu menciptakan kesempatan bagi mereka untuk bertumbuh dan berkembang. Beri mereka pelatihan dan pengembangan yang cukup untuk meningkatkan kompetensinya. Berikan juga penugasan atau proyek baru untuk meningkatkan dan memperkaya level keahliannya.

Monitor terus perkembangan karir, kompetensi dan potensi Millenials. Mereka sangat terbuka terhadap feed back (umpan balik). Berikan masukan secara terbuka (one on one) dan spesifik apa yang harus mereka tingkatkan untuk lebih maju lagi. Mereka akan sangat berterima kasih untuk itu.

Kelima, Budaya Perusahaan

Nilai-nilai dan budaya perusahaan yang kuat, tidak hanya menjadi magnet untuk menarik millenilas, tapi juga perekat untuk membuat mereka bertahan di perusahaan.

Millenilas sangat menyukai bekerja di perusahaan dengan nilai-nilai dan budaya yang sejalan dengan nilai-nilai dan kondisi ideal yang mereka yakini. Millenilas membutuhkan alasan (meaning) yang lebih besar dari sekedar uang dalam bekerja.

Millenilas  sangat tertarik dengan isu-isu  kekinian seperti sosial, etika dan lingkungan. Mereka merasa perlu bertanggung jawab untuk menjaga dunia ini dan membuatnya lebih baik.

Millenilas tidak akan tertarik bekerja pada perusahaan yang nilai dan perilakunya bertentangan dengan upaya menjaga hal-hal di atas. Kalau pun mereka sudah bekerja di perusahaan tersebut, mereka mempertimbangkan untuk keluar dari perusahaan itu.

Dengan karakteristik yang dimilikinya, Millenials menjadi fenomena tersendiri di lingkungan kerja. Tidak sedikit perusahaan yang kesulitan mengelola karyawan millenilas.

Namun, jika perusahaan memahami karakteristik dan nilai-nilai terpenting bagi mereka, ini sangat membantu perusahaan bukan saja mempertahankannya, tapi memaksimalkan kontribusi yang terbaik dari mereka.

Apakah anda memiliki ide untuk mengelola karyawan millenilas? Yuks, sharing di kolom komentar.

Sumber foto : Alexis Brown on Unsplash

Please follow and like us:
0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *