Apakah anda sering menghadapi masalah dengan atasan?
Mulai dari masalah sederhana seperti perbedaan pendapat atau atasan memberikan tugas selalu mendadak, sampai masalah kompleks seperti ide dan hasil kerja anda selalu ditolak atau atasan tidak menyukai anda.
Bagaimana rasanya menghadapi hal tersebut?
Setiap karyawan jika memiliki masalah dengan atasan, mereka akan merasa kurang nyaman dalam bekerja. Apalagi jika setiap hari dirinya bertemu dan berinteraksi dengan atasan.
Dampak yang lebih besar, karyawan bisa demotivasi. Tak jarang mereka segera ingin cepat dimutasi ke unit lain atau berdoa agar segera memiliki atasan baru.
Dalam bekerja, karyawan kadang memiliki atasan dengan situasi berbeda-beda. Ada karyawan yang bekerja dengan satu atasan yang sama dalam kurun waktu lama. Ada juga yang bekerja dengan beberapa atasan sekaligus dalam satu periode waktu.
Namun ada juga yang bekerja dengan atasan yang sering bergonta-ganti. Dalam setahun bisa bekerja dengan 2-3 atasan yang berbeda.
Para atasan pun memiliki karakter dan gaya memimpin yang berbeda-beda pula.
Ada atasan yang progresif, lincah dan berorientasi pada kecepatan dan hasil kerja.
Ada atasan yang sangat hati-hati, mempertimbangkan banyak resiko, kecepatan kerja tidak menjadi prioritas yang penting aman.
Ada juga yang sangat menuntut, perfeksionis, dan memegang kendali penuh pada bawahan.
Namun ada juga yang cuek, seolah tidak peduli dengan bawahannya. Dan beragam karakter dan gaya lainnya.
Prakteknya, bawahan tidak bisa memilih dengan atasan mana dia akan bekerja sama. Begitu organisasi menetapkan, mau tidak mau dan suka tidak suka mereka harus menerima pilihan organisasi.
Beruntung jika mendapat atasan yang sesuai dengan seleranya, sebaliknya menjadi menjadi masalah jika atasan jauh dari harapannya.
Bagaimana menyikapi realita di atas?
Peran atasan bawahan seharusnya tidak hanya dimaknai sebatas struktur hierarki dalam organisasi. Tapi juga dimaknai sebagai hubungan yang saling bergantung dan membutuhkan.
Atasan membutuhkan bawahan untuk mencapai sasaran kerjanya. Sementara bawahan membutuhkan arahan dan bimbingan atasan agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif.
Hubungan atasan bawahan perlu dijaga agar tetap sehat dan harmonis.
Keduanya harus saling mengisi satu sama lain agar tercipta kerja sama yang produktif. Ketidakharmonisan hubungan keduanya jelas akan merugikan mereka sendiri dan juga perusahaan.
Untuk bisa mewujudkan hubungan yang sehat dan harmonis, bawahan dituntut memiliki kelihaian dalam mengelola atasan.
Kemampuan dalam mengelola atasan akan membuat seorang karyawan tidak perlu khawatir jika harus bekerja dengan berbagai tipe atasan. Karena dirinya siap bekerja sama serta dengan mudah dapat membangun hubungan yang positif dan produktif dengan atasannya.
Berikut ini adalah tiga kunci sukes dalam mengelola atasan :
Pertama, pahami gaya memimpin atasan
Bawahan perlu memiliki pemahaman yang cukup mengenai gaya memimpin atasan.
Patti Hathaway dan Susan D. Schubert dalam bukunya Dealing with Difficult Boss menjelaskan bahwa ada 4 tipe atau gaya atasan dalam memimpin.
Pertama, Steady dengan ciri-ciri mapan, menghindari kejutan, rutin, rinci dan prosedural.
Kedua, Trendsetter dengan ciri-ciri percaya diri, kreatif, melakukan terobosan, berani menanggung resiko.
Ketiga, Outgoing dengan ciri-ciri fleksibel, mudah bergaul dengan orang lain, respon baik, sering kehilangan fokus, mudah percaya pada orang lain.
Dan keempat, Perfectionist dengan ciri-ciri teratur, sempurna, mengharapkan semua orang menjadi ahli, kritikus, tuntutan tinggi, tidak menyukai kekacauan.
Setelah memahami, berikutnya bawahan bisa menyesuaikan perilaku atau tindakan dalam berinteraksi dan menghadapi atasan.
Kalau atasan dinamis, cepat, kreatif, percaya diri, maka bawahan harus mengimbangi degan segala kemampuan. Mereka harus mengikuti kecepatan dan kreatifitas atasan.
Namun, Jika atasan cenderung sangat hati-hati, taat aturan, rinci, kurang berani ambil resiko maka bawahan harus bekerja dengan tepat, teliti, tidak ceroboh.
Bawahan perlu mempersiapkan data-data yang lengkap dan valid, jauhkan asumsi / judgment yang tidak mendasar dalam mengambil keputusan. Serta sebisa mugkin menggunakan pendekatan yang mengandung risiko minimal.
Usahakan selalu mencari kecocokan dengan atasan untuk membangun kekuatan tim.
Kedua, pahami agenda prioritas atasan
Setiap atasan memiliki agenda prioritas yang menjadi fokus perhatiannya.
Agenda prioritas tersebut merupakan sekumpulan sasaran atau pekerjaan yang harus dicapai dan diselesaikan.
Bawahan harus memahami sasaran dan pekerjaan tersebut. Tidak ada salahnya bawahan bertanya kepada atasan mengenai agenda prioritas mereka.
Ini sangat membantu bawahan untuk bisa memahami tekanan yang dihadapinya dan sumber motivasinya.
Selanjutnya bawahan bisa menawarkan bantuan kepada atasan.
Bawahan perlu menyampaikan dan mendiskusikan kepada atasan bagaimana dirinya bisa berperan dan berkontribusi untuk mendukung kemajuan dan keberhasilannya.
Mereka juga harus bisa memastikan bahwa dirinya siap diandalkan untuk mendukung kesuksesannya, tim dan organisasi.
Ketiga, pahami gaya komunikasi atasan
Komunikasi merupakan aktivitas paling banyak dilakukan dalam interaksi bawahan dan atasan.
Sangat penting memahami karakteristik dan gaya komunikasi atasan.
Dalam berkomunikasi, atasan cenderung fokus pada tujuan, to the point, tanpa basi-basi atau cenderung sistematis, terorganisir dengan analisis yang dalam.
Bawahan perlu menyesuaikan gaya komunikasi dengan atasan.
Kemudian, melalui media apa atasan senang berkomunikasi. Apakah melalui email, whatsapp, bicara langsung via telpon, dalam pertemuan atau rapat, atau tatap muka langsung.
Jika atasan senang dengan komunikasi tatap muka langsung secara khusus, maka bawahan bisa menggunakan cara ini untuk mendiskusikan pekerjaan, meminta persetujuan, menjual ide dan hal lainnya.
Tiga kunci di atas sangat membantu bawahan dalam membangun hubungan yang positif dan harmonis dengan atasan.
Benar bahwa bawahan tidak bisa memilih atasan, namun bawahan bisa memilih perilaku dan tindakan yang tepat dalam menghadapi dan bekerja sama dengan atasan.
Bagaimana cara anda menghadapai atasan? Yuk sharing di kolom komentar di bawah ini
*Tulisan ini dimuat di Majalah Sindo Weekly No. 38 Tahun VII, 19-25 November 2018, p. 82