Untuk mewujudkan kinerja organisasi yang tinggi tentu harus didukung dengan tim-tim yang berkinerja tinggi pula (High Performing Teams).
Beberapa bulan lalu Presiden Jokowi melakukan perombakan Kabinet Kerja (reshuffle jilid 2). Tak tanggung-tanggung, sebanyak 12 nama menteri dan kepala BKPM diganti.
Terlepas dari drama politik yang mengiringi, tujuan perombakan tim kabinet kali ini jelas, yaitu memastikan kinerja pemerintah optimal untuk mewujudkan visi Nawacita. Akan tercapaikah tujuan tersebut?
Seorang pemimpin tentu berharap organisasinya memiliki kinerja yang tinggi (High Performing Organization). Untuk mencapai kinerja yang tinggi ada prasyarat yang harus dimiliki oleh sebuah tim. Paling tidak ada 7 aspek yang perlu diperhatikan untuk membangun tim berkinerja tinggi.
- Goal Setting
Sebuah tim mampu berkinerja tinggi jika memiliki tujuan atau sasaran yang jelas dan dipahami oleh seluruh anggota tim. Selain secara kognitif dipahami, sasaran tim harus dapat diterjemahkan dalam tindak tanduk atau perilaku sehari-hari.
Tingkat pemahaman yang baik pun belum tentu akan tercermin dalam perilaku sehari-hari anggota tim. Maka, seorang pemimpin harus memastikan bahwa pemahaman dan tindakan setiap anggota tim harus selaras dengan sasaran tim.
- Leadership
Tim berkinerja tinggi akan dapat dicapai jika ada faktor kepemimpinan. Kepemimpinan akan memberikan pengaruh kepada tim untuk dapat bergerak ke arah yang positif menuju efektifitas organisasi.
Kepemimpinan akan muncul jika seorang pemimpin dapat menjadi panutan (role mode) serta memahami secara lebih nyata kondisi (kontekstual) timnya: konteks organisasi, masalah yang dihadapi, tingkat kematangan anggota tim, harapan stakeholder dan aspek lainnya. Dengan begitu, akan lahir kepemimpinan otentik yang mampu mengembangkan dan memberdayakan seluruh anggota tim.
- Cooperative Relationship
Kerja sama berbeda dengan sama-sama kerja. Dalam kerja sama ada nilai sinergisme, yang dapat dibangun dengan menghadirkan nilai kejujuran, saling percaya, saling mendukung dan upaya mementingkan tim/organisasi di atas kepentingan pribadi dalam budaya kerja.
Hubungan kerja sama yang solid juga muncul jika setiap anggota memahami dan mampu menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Setiap anggota diberikan keleluasaan untuk mengoptimalkan kekuatannya dalam menunaikan tanggung jawabnya.
- Managing Conflict
Perbedaan pandangan dan kepentingan merupakan konflik yang selalu ada dalam sebuah tim. Apakah konflik akan berujung pada situasi yang constructive atau distruptive, tentu bagaimana pengelolaannya. Namun konflik harus diarahkan pada hasil yang constructive.
Dalam banyak hal konflik memiliki banyak manfaat. Dengan konflik akan ada ide baru, perbaikan proses, penyempurnaan kualitas dan pencapaian sasaran yang lebih efektif dan efisien. Kelihaian mengelola konflik dalam tim sangat penting dalam membawa tim mencapai kinerja terbaik.
- Communication
Sebuah tim harus memiliki pola komunikasi yang efektif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang efektif adalah: pemilihan sarana/saluran komunikasi, metode komunikasi dan proses umpan balik.
Setiap anggota diupayakan berkomunikasi dengan terbuka. Baik itu berupa penyampaian instruksi, ide, evaluasi, dan saran. Dalam kondisi tertentu dimana anggota tim membutuhkan proses komunikasi yang lebih intens dan bersifat rahasia, beberapa pendekatan komunikasi seperti coaching, counseling dan mentoring dapat digunakan.
- Decision Making
Tim akan selalu berhadapan dengan proses pengambilan keputusan dalam mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan. Mulai dari planning, organizing, actuating dan controlling mengandung unsur pengambilan keputusan. Sebisa mungkin proses pengambilan keputusan dilakukan dengan objektif.
Semakin lengkap data yang dimiliki dan tepat melibatkan anggota tim, mempermudah proses pengambilan keputusan yang objektif. Lalu keputusan yang sudah ditetapkan harus diamini dan dikawal bersama sampai terealisasi.
- Diversity
Dalam sebuah tim pasti akan ditemukan keragaman, baik yang sifatnya nature ataupun nurture. Keragaman harus dipandang sebagai anugerah yang perlu dipelihara. Anggota tim harus dapat memahami dan menerima keragaman tim. Keragaman memberikan peluang bagi sebuah tim untuk saling melengkapi satu sama lain.
Dengan memperhatikan tujuh aspek di atas, seorang pemimpin dapat membangun tim berkinerja tinggi. Jika ada aspek yang sudah baik maka pertahankan, bahkan jika perlu ditingkatkan. Namun, jika masih ada aspek yang ternyata masih rendah atau kurang baik, perbaikilah dengan membuat detail rencana kerja (action plan).
Tulisan ini dimuat di Majalah BUMN Track No. 108 Tahun VIII November 2016.