Jurus Jitu Memimpin Karyawan Milenial

Dalam beberapa tahun belakangan ini, isu milenial menjadi isu hangat dalam dunia kerja. Tak dipungkiri, pelan tapi pasti karyawan yang tergolong generasi milenial mulai membanjiri dunia kerja. Jumlah populasi mereka makin bertambah banyak dan mengeser generasi X & Baby Boomers.

Tengoklah di sekeliling tempat anda bekerja,  apakah itu rekan kerja dalam satu tim, atasan, bawahan atau  rekan di unit lain  yang anda sering berkordinasi dan bekerja sama. Bagaimana usia mereka? Penulis yakin mayoritas mereka adalah generasi milenial. Bahkan bisa jadi beberapa direksi perusahaan anda masuk dalam kategori yang disebut juga generasi Y ini.

Seberapa banyak karyawan milenial mendominasi berbeda-beda persentasenya antar perusahaan. Pengalaman penulis berinteraksi  dengan berbagai perusahaan  jumlahnya beragam mulai dari ada  50 – 70% . Berdasarkan prediksi BPS sendiri, 34% Penduduk Indonesia masuk kategori milenial di tahun 2020. Lebih banyak dari generasi X  (20%) dan dan Baby Boomers (13%). Sementara itu, Delloit memprediksi sampai 2030, bisa dipastikan jumlah karyawan milenial akan mencapai angka 75% dari total populasi tenaga kerja.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan dalam mengelola karyawan milenial tak terkecuali bagi para pemimpin atau manajer. Para manajer perusahaan dituntut memiliki pendekatan yang berbeda dalam memimpin mereka.  Pola kepemimpinan sangat berperan penting dalam mempertahankan dan mengeluarkan potensi terbaik para milenial. Continue reading

Please follow and like us:
0

7 Tips Praktis Merancang Program Pelatihan Karyawan yang Efektif

Adanya suatu pelatihan terhadap tenaga kerja memang akan mendapatkan beberapa manfaat yang bisa kita peroleh. Namun dalam melakukan suatu pelatihan, maka usahakan pelatihan yang dilaksanakan harus tepat sasaran atau efektif. Hal ini dapat membuat pekerja nantinya akan lebih efektif dan juga efisien dalam bekerja.

Dampaknya dapat terlihat dari adanya peningkatan kompetesi karyawan yang diikuti adanya peningkatan produksi, pendapatan, lalu juga peningkatan keuntungan dengan mengurangi biaya dan juga mengurangi inefisiensi lainnya.

Bahkan tidak hanya itu saja, dengan pelatihan yang tepat tersebut maka secara personal pekerja atau karyawan akan lebih bahagia dan puas.

Namun jika kita mau melihat pada sisi lain, untuk bisa menciptakan suatu pelatihan yang efektif untuk karyawan bukan perkara yang mudah. Akan ada banyak masalah atau tantangan yang akan kita dapatkan nantinya. Continue reading

Please follow and like us:
0

5 Kunci Mengelola Karyawan Millenials

alexis-brown-85793-unsplash

Millenials (generasi kelahiran 1980-2000) siap mendominasi angkatan kerja di Indonesia. Berdasarkan pehitungan BPS, Diprediksi pada tahun 2020, usia produktif  (15-64 tahun) yang masuk kategori  Millenials akan berjumlah > 50% dari seluruh  usia produktif yang ada.

Tidak sedikit perusahaan yang jumlah karyawan Millenials-nya melebihi jumlah karyawan dari generasi lain. Bahkan ada sebuah perusahaan yang memiliki karyawan millenials sebesar 75% dari seluruh total karyawan yang dimiliki.

Fenomena di atas harus disikapi dengan bijak oleh perusahaan. Millenials memiliki perbedaan karakteristik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Continue reading

Please follow and like us:
0

Duk Dik vs Duk Di

ben-rosett-10614-unsplash-rev

Toni ke luar ruangan atasannya dengan wajah sedih dan kecewa sambil menghela napas diiringi geleng-geleng kepala.

Rupanya ia ditegur dan diultimatum untuk segera memperbaiki kinerjanya.

Pak Joni sebagai atasannya tidak puas dengan kinerjanya, terutama dalam memimpin dan mengelola tim. Sudah setahun lebih Toni diangkat sebagai supervisor, namun selama itu pula kinerjanya belum memuaskan.

Toni termenung, pikirannya melayang saat pertama kali ditunjuk sebagai supervisor. Toni dipromosikan menggantikan seniornya yang mendadak resign. Diakui menjadi supervisor adalah idamannya. Karena ini akan menjadi pintu masuk menuju karir yang lebih cerah, karir manajerial.

Namun, dipromosikan secepat ini tanpa persiapan membuat Toni bimbang dan ragu.  Karena Toni merasa belum memiliki kompetensi yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin.

Terlepas dari kinerja Toni yang bagus sebagai pelaksana, Toni merasa bahwa itu tidak terlalu membantu kesuksesan di pekerjaan berikutnya, karena ada perbedaaan tanggung jawab. Keahlian teknis yang dimilikinya tidak cukup, harus ditambah keahlian mengelola & memimpin tim.
Continue reading

Please follow and like us:
0

How to Give Effective Feedback

Dalam kelas daring- effective supervisory management, penulis terlibat diskusi seru dengan seorang peserta. Setelah belajar tentang bagaimana seorang pemimpin harus memberikan umpan balik atas kinerja bawahan, peserta merasakan manfaat luar biasa dari teknik yang sederhana dan mudah dilakukan ini.

Diskusi semakin menarik ketika dirinya curhat kalau atasannya jarang memberikan umpan balik terhadap hasil kerjanya. Dirinya merasa kecewa. Dengan mengalir, dia bercerita bahwa perilaku bosnya tersebut membuatnya merasa tidak dipedulikan dan hasil kerjanya terasa sia-sia. Dampak yang terjadi, tidak ada motivasi untuk mencapai kinerja yang lebih baik.

Dari pengalaman penulis mengajar dan berinteraksi dengan para manajer perusahaan, tidak sedikit menemukan manajer yang perilakunya mirip dengan cerita di atas. Entah dengan dalih tidak ada waktu atau karena tidak sadar akan perannya, para manajer rela mengorbankan kesempatan berharga untuk memberikan umpan balik. Penulis pernah mendapat komentar dari seorang manajer yang kira-kira seperti ini, “Kerjaan kita sudah banyak pak, bawahan saya juga banyak. Habis waktu saya kalau untuk memberikan umpan balik.”

Continue reading

Please follow and like us:
0

Human Capital National Conference 2017

Alhamdulillah well done!

Rabu, 6 September 2017, manggung bareng Ibu Swandajani Gunadi, Director – Chief of HC Mgt & CREM Officer – CPM Network & Chief of Marketing Officer  – PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. membawakan tema “Tantangan mempertahankan milenial: Apa yang membuat mereka tertarik dan tinggal?” di Human Capital National Conference (HCNC) 2017 “Reinventing Human Capital Practices for Indonesian Millennials” yang diselenggarakan oleh PPM Manajemen di hotel Borobudur, Jakarta pada 6-7 September 2017.

Ingin tahu ringkasan materinya? Klik aja tulisan saya yang berjudul Mempertahankan Karyawan MiIlennial.Selamat membaca!

Please follow and like us:
0

Bagaimana Mempertahankan Karyawan Millennial

millennialsGenerasi millennial, masih menjadi salah satu trending topic dalam dunia kerja. Bukan tanpa sebab, banyak perusahaan kini didominasi oleh generasi millennial atau biasa disebut generasi Y (Gen Y). Dengan perbedaan karakteristik dan ekspektasi yang dimiliki dibandingkan dengan generasi sebelumnya, kehadiran generasi kelahiran tahun 1980-2000 ini dalam dunia kerja, menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi.

Adalah William Strauss dan Neil Howe yang memperkenalkan istilah generasi millennial pada tahun 1987. Generasi ini banyak menghabiskan waktu dan berkembang pada milenium baru (tahun 2000). Generasi millennial pada umumnya ditandai dengan peningkatan penggunaan dan kelekatan dengan teknologi komunikasi, media sosial, dan dunia digital. Sejumlah streotip negatif dilekatkan pada generasi ini, seperti ‘kutu loncat,’ ‘kurang ajar’ (tidak tahu sopan santun), narsis, gila gadget, mementingkan diri sendiri, dan
tidak fokus.

Sejalan dengan perkembangan pemahaman terhadap generasi ini, kini tak sedikit dari para pimpinan perusahaan yang mulai memiliki pandangan positif terhadap generasi millennial. Generasi imajinatif, kreatif, inovatif, kolaboratif dan berorientasi pada hasil kerja. Dengan kenyataan bahwa generasi millennial menjadi generasi yang dominan dalam dunia kerja dan akan memimpin perusahaan di masa yang akan datang, perusahaan mulai berlomba-lomba menarik (attract) dan mempertahankan (retain) talent-talent terbaik dari generasi ini.
Continue reading

Please follow and like us:
0