Toni ke luar ruangan atasannya dengan wajah sedih dan kecewa sambil menghela napas diiringi geleng-geleng kepala.
Rupanya ia ditegur dan diultimatum untuk segera memperbaiki kinerjanya.
Pak Joni sebagai atasannya tidak puas dengan kinerjanya, terutama dalam memimpin dan mengelola tim. Sudah setahun lebih Toni diangkat sebagai supervisor, namun selama itu pula kinerjanya belum memuaskan.
Toni termenung, pikirannya melayang saat pertama kali ditunjuk sebagai supervisor. Toni dipromosikan menggantikan seniornya yang mendadak resign. Diakui menjadi supervisor adalah idamannya. Karena ini akan menjadi pintu masuk menuju karir yang lebih cerah, karir manajerial.
Namun, dipromosikan secepat ini tanpa persiapan membuat Toni bimbang dan ragu. Karena Toni merasa belum memiliki kompetensi yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin.
Terlepas dari kinerja Toni yang bagus sebagai pelaksana, Toni merasa bahwa itu tidak terlalu membantu kesuksesan di pekerjaan berikutnya, karena ada perbedaaan tanggung jawab. Keahlian teknis yang dimilikinya tidak cukup, harus ditambah keahlian mengelola & memimpin tim.
Continue reading